Dalam pandangan umum, sekolah yang megah dan berfasilitas lengkap sering kali dianggap sebagai indikator kesuksesan dalam dunia pendidikan. Namun, menurut saya, tidak semua sekolah Muhammadiyah harus mengikuti standar kemegahan tersebut. Bahkan, seringkali kemegahan yang berlebihan justru mengurangi aksesibilitas pendidikan bagi masyarakat yang lebih luas. Esensi utama dari pendidikan yang inklusif dan berkualitas tidak terletak pada megahnya bangunan, melainkan pada misi dan nilai-nilai yang diembannya.
Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah dikenal dengan semangatnya dalam memberikan pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama yang kurang mampu. KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, menekankan pentingnya ilmu sebagai jalan menuju kemuliaan hidup.
Menurut saya, sekolah Muhammadiyah yang sederhana namun berfokus pada kualitas pendidikan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan siswa. Sekolah-sekolah ini dapat mengalokasikan sumber daya mereka untuk meningkatkan kompetensi guru, mengembangkan kurikulum yang relevan, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Seringkali, sekolah yang terlalu megah membutuhkan biaya operasional yang tinggi, yang kemudian diterjemahkan menjadi biaya pendidikan yang mahal. Hal ini justru mengurangi akses bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, yang seharusnya menjadi salah satu target utama dari misi Muhammadiyah.
Selain itu, ada nilai filantropi yang kuat dalam gerakan Muhammadiyah yang harus dijaga dan dilestarikan. Banyak sekolah Muhammadiyah yang harus mempertahankan garis perjuangan awal dengan memberikan pendidikan gratis atau biaya yang sangat terjangkau. Ini adalah bentuk nyata dari spirit filantropi yang menjadi bagian integral dari Muhammadiyah.
Saya berpandangan bahwa memberikan pendidikan gratis adalah cara terbaik untuk menjangkau anak-anak dari keluarga miskin yang mungkin tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan semangat KH Ahmad Dahlan yang menyatakan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Kutipan ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama Muhammadiyah adalah memberikan manfaat bagi umat, bukan untuk mencari keuntungan.
Menurut saya, sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak harus megah untuk tetap relevan dan berkontribusi dalam dunia pendidikan. Penting bagi sekolah-sekolah ini untuk terus berinovasi dalam metode pengajaran dan pembelajaran, fokus pada pengembangan karakter dan nilai moral, serta menjaga semangat filantropi yang telah menjadi landasan sejak awal. Pendidikan yang berkualitas tidak diukur dari megahnya bangunan, tetapi dari bagaimana sekolah tersebut mampu mencetak generasi yang berilmu, berakhlak, dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi.
Mengutip pernyataan dari tokoh Muhammadiyah lainnya, Buya Syafii Maarif, “Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia muda.” Proses ini tidak memerlukan bangunan megah, tetapi memerlukan dedikasi, kasih sayang, dan komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para siswa. Menurut saya, fokus utama sekolah Muhammadiyah harus tetap pada misi sosialnya, yaitu memberikan akses pendidikan yang luas dan berkualitas bagi semua anak bangsa, tanpa terkecuali.
Kesimpulannya, sekolah Muhammadiyah tidak harus megah untuk bisa memberikan kontribusi signifikan dalam dunia pendidikan. Meskipun idealnya sekolah harus maju dan megah, yang lebih penting adalah bagaimana sekolah-sekolah tersebut tetap bisa menjalankan misi pendidikan yang inklusif dan penuh dengan nilai filantropi.
Dengan fokus pada esensi pendidikan dan semangat filantropi, sekolah-sekolah Muhammadiyah akan terus menjadi pilar penting dalam membangun masyarakat yang berilmu, berakhlak, dan sejahtera. Seperti yang dikatakan oleh KH Ahmad Dahlan, “Ilmu itu penting, bukan tempatnya.” Ini mengingatkan kita bahwa yang utama adalah kualitas pendidikan itu sendiri, bukan kemegahan bangunan tempat pendidikan berlangsung.
—
Penulis: Abdul Rozak Ali Maftuhin
Pemerhati Pendidikan