Sebagai orang tua, saya berpandangan bahwa salah satu aspek paling krusial dalam mendidik anak adalah memberikan teladan yang baik. Teladan yang diberikan oleh orang tua akan sangat memengaruhi perkembangan karakter dan nilai-nilai yang dianut oleh anak. Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dan alami sehari-hari, sehingga peran orang tua sebagai panutan sangat penting. Saya yakin, tanpa teladan yang baik, nasihat dan pendidikan yang diberikan kepada anak tidak akan efektif.

Saya berpandangan, teladan orang tua mencakup banyak aspek, mulai dari sikap, perilaku, hingga cara berbicara. Misalnya, ketika orang tua menunjukkan sikap sopan dan hormat kepada orang lain, anak akan belajar untuk bersikap sama. Begitu juga dalam hal disiplin dan tanggung jawab. Anak-anak yang melihat orang tua mereka konsisten dalam menerapkan disiplin dan bertanggung jawab dalam pekerjaan dan tugas-tugas rumah tangga, cenderung akan mengikuti jejak yang sama.

Ada banyak tokoh pendidikan yang juga menggarisbawahi pentingnya teladan orang tua dalam mendidik anak. Dr. Maria Montessori, seorang pendidik terkenal, mengatakan, “Anak-anak belajar dari apa yang ada di sekitarnya. Orang tua adalah model yang mereka tiru.” Pernyataan ini menegaskan bahwa lingkungan keluarga, terutama orang tua, memainkan peran sentral dalam pembentukan karakter anak.

Selain itu, menurut saya, dalam konteks pendidikan moral dan etika, teladan orang tua menjadi sangat penting. Misalnya, dalam mengajarkan kejujuran, jika orang tua selalu berperilaku jujur dan transparan, anak-anak akan melihat kejujuran sebagai nilai yang harus dipegang teguh. Namun, jika orang tua sering berbohong atau tidak konsisten antara kata dan perbuatan, anak-anak akan bingung dan mungkin menganggap kebohongan sebagai sesuatu yang dapat diterima.

Ibnu Qayyim al-Jawziyya, seorang ulama dan pemikir Islam, menyatakan, “Peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangatlah besar, terutama melalui contoh yang mereka berikan. Anak-anak adalah cermin dari orang tua mereka.” Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, memberikan teladan yang baik dianggap sebagai bagian integral dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.

Di sisi lain, Dr. James Dobson, seorang psikolog dan pendiri Focus on the Family, juga menekankan pentingnya teladan orang tua. Beliau menyatakan, “Anak-anak lebih banyak belajar dari contoh daripada dari kata-kata.” Ini menunjukkan bahwa perbuatan kita sebagai orang tua memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sekadar memberikan instruksi verbal.

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa memberikan teladan yang baik bukan berarti menjadi orang tua yang sempurna. Tidak ada manusia yang sempurna, dan anak-anak juga perlu belajar bahwa kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Ketika kita sebagai orang tua membuat kesalahan, penting untuk mengakuinya dan menunjukkan kepada anak-anak bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Hal ini juga akan mengajarkan anak tentang pentingnya kejujuran, tanggung jawab, dan upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya menilai, ada banyak kesempatan untuk menunjukkan teladan yang baik. Misalnya, ketika kita menghadapi masalah, menunjukkan sikap tenang dan bijaksana dalam mencari solusi akan mengajarkan anak-anak tentang pentingnya berpikir positif dan tidak mudah menyerah. Selain itu, menunjukkan empati dan kepedulian terhadap sesama, baik melalui tindakan kecil seperti membantu tetangga atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial, akan mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial.

Dalam kesimpulannya, teladan orang tua adalah pondasi utama dalam mendidik anak. Dengan memberikan contoh yang baik, kita tidak hanya membentuk karakter dan nilai-nilai anak-anak, tetapi juga menyiapkan mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, jujur, dan empatik di masa depan. Sebagai orang tua, mari kita terus berupaya untuk menjadi panutan yang baik bagi anak-anak kita, karena mereka adalah generasi penerus yang akan membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Penulis: Abdul Rozak Ali Maftuhin, S.Pd
Mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama Islam UMM

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan