Tantrum pada anak merupakan salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh orang tua. Fenomena ini adalah bagian dari perkembangan emosional anak yang normal, tetapi bisa menjadi pengalaman yang melelahkan dan frustrasi bagi orang tua maupun anak itu sendiri.
Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan apa itu tantrum, penyebabnya, efek negatifnya, serta memberikan tips cermat untuk mengatasi tantrum pada anak.
Tantrum adalah ledakan emosi yang kuat dan tiba-tiba, yang sering disertai dengan menangis, berteriak, mengamuk, atau perilaku fisik seperti menendang dan memukul. Tantrum umumnya terjadi pada anak-anak usia 1 hingga 4 tahun, masa di mana mereka belum sepenuhnya mampu mengungkapkan perasaan atau kebutuhan mereka dengan kata-kata.
Menurut saya, tantrum adalah cara anak-anak mengekspresikan rasa frustrasi, marah, atau ketidakpuasan mereka terhadap situasi tertentu.
Ada beberapa penyebab umum terjadinya tantrum pada anak. Keterbatasan kemampuan berbahasa merupakan salah satu faktor utama. Anak-anak kecil sering kali kesulitan mengekspresikan apa yang mereka inginkan atau butuhkan.
Ketidakmampuan ini dapat menyebabkan frustrasi yang berujung pada tantrum. Selain itu, kelelahan dan kelaparan juga berperan besar. Anak yang lelah atau lapar lebih rentan mengalami tantrum karena kondisi fisik yang tidak nyaman dapat memicu emosi negatif.
Menurut saya, anak-anak kadang-kadang menggunakan tantrum sebagai cara untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau pengasuh. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan untuk mendapatkan perhatian juga bisa menjadi penyebab tantrum.
Selain itu, anak-anak yang sedang belajar mandiri sering kali merasa frustrasi ketika mereka tidak bisa melakukan sesuatu sendiri.
Ini bisa menyebabkan tantrum ketika mereka merasa terhambat. Menurut saya, perubahan mendadak dalam rutinitas atau lingkungan anak dapat membuat mereka merasa tidak aman dan menyebabkan tantrum sebagai reaksi.
Tantrum yang berulang dan tidak ditangani dengan baik dapat memiliki efek negatif, baik bagi anak maupun orang tua. Dari sisi perkembangan emosional, tantrum yang tidak dikelola dengan baik dapat menghambat perkembangan kemampuan anak untuk mengelola emosi mereka sendiri.
Selain itu, tantrum yang sering terjadi dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak, menciptakan ketegangan dan kurangnya rasa saling percaya. Menurut saya, orang tua yang terus-menerus berhadapan dengan tantrum anak dapat mengalami stres dan kelelahan yang berlebihan.
Tidak hanya itu, anak yang sering tantrum mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya atau lingkungan sosial lainnya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan sosial mereka.
Mengatasi tantrum membutuhkan kesabaran dan strategi yang tepat. Menurut saya, salah satu kunci utama adalah tetap tenang. Reaksi emosional yang berlebihan dari orang tua hanya akan memperburuk situasi. Memberikan pilihan kepada anak dapat membantu mereka merasa lebih berdaya dan mengurangi rasa frustrasi.
Misalnya, “Kamu mau pakai baju merah atau biru?” Mengalihkan perhatian anak dari sumber frustrasi ke aktivitas lain yang menarik dapat membantu meredakan tantrum. Mengakui perasaan anak dan memberikan empati dapat membantu mereka merasa dimengerti. Contohnya, “Saya tahu kamu sedih karena tidak bisa main di luar sekarang.”
Konsistensi dalam aturan dan rutinitas sangat penting. Anak-anak merasa lebih aman dan kurang cenderung tantrum jika mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka. Menurut saya, teknik time-out bisa efektif untuk memberikan anak waktu menenangkan diri. Namun, teknik ini harus digunakan dengan bijak dan bukan sebagai hukuman.
Menurut Kak Seto Mulyadi, seorang tokoh pendidikan anak di Indonesia, “Tantrum adalah ekspresi emosi yang wajar pada anak-anak. Orang tua perlu memahami bahwa ini adalah bagian dari proses belajar mengelola emosi dan harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.”
Pandangan ini menurut saya sangat relevan, mengingat pentingnya peran orang tua dalam membantu anak mengembangkan kemampuan emosional mereka.
Dalam kesimpulannya, tantrum pada anak adalah tantangan yang bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat dan penuh kasih. Dengan memahami penyebabnya dan menerapkan strategi yang efektif, orang tua dapat membantu anak melalui fase ini dengan lebih baik.
Menurut saya, yang terpenting adalah memberikan dukungan emosional dan konsistensi dalam pengasuhan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. Semoga tips cermat ini bermanfaat dalam membantu orang tua mengatasi tantrum pada anak.
—
Penulis: Dzun Nuraini Aziz
Aktivis Perempuan dan Praktisi Pendidikan