Tahun Baru Islam 1446 Hijriah merupakan momen penting bagi umat Islam untuk merenungkan perjalanan spiritual dan sosial yang telah dilalui. Menurut saya, momentum pergantian tahun ini perlu diisi kegiatan yang membangkitkan nalar kontemplatif serta upaya mengejawantahkan konsep ilmu sosial profetik dalam kehidupan kita. Ilmu sosial profetik, yang merupakan integrasi antara ilmu pengetahuan sosial dan ajaran kenabian, memberikan panduan untuk menciptakan perubahan sosial yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Saya berpandangan bahwa konsep ilmu sosial profetik sangat relevan dalam konteks modern saat ini, di mana banyak tantangan sosial yang dihadapi oleh masyarakat muslim. Konsep ini, yang diperkenalkan oleh Kuntowijoyo, seorang sosiolog dan budayawan Muslim Indonesia, menawarkan perspektif yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Kuntowijoyo menyatakan bahwa ilmu sosial profetik memiliki tiga pilar utama: humanisasi, liberasi, dan transendensi. Humanisasi adalah usaha untuk memanusiakan manusia, liberasi adalah pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan, dan transendensi adalah pengembangan spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Saya berpendapat, ketiga pilar ini dapat menjadi landasan bagi kita dalam menjalani kehidupan sosial yang lebih bermakna lebih dari sekedar pencapaian spiritual yang bersifat individualistik.
Humanisasi berarti kita harus menghargai dan menghormati martabat setiap individu. Dalam konteks sosial, ini berarti menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil bagi semua orang. Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Maka dengan memanusiakan manusia, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.
Liberasi dalam ilmu sosial profetik berarti membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan, baik itu sosial, ekonomi, maupun politik. Saya berpendapat, sebagai umat Muslim, kita harus berperan aktif dalam memperjuangkan keadilan dan membela hak-hak mereka yang tertindas. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).
Transendensi mengajarkan kita untuk selalu menghubungkan segala tindakan kita dengan Tuhan. Saya berpandangan, dengan menjaga hubungan spiritual yang kuat dengan Allah SWT, kita dapat memiliki motivasi yang lebih besar untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa pengembangan spiritual sangat penting dalam ilmu sosial profetik.
Saya berpandangan, untuk mengejawantahkan konsep ilmu sosial profetik, kita perlu melakukan langkah-langkah konkret dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus mencakup aspek intelektual, moral, dan spiritual. Kita perlu mendidik generasi muda dengan pengetahuan yang luas dan nilai-nilai Islam yang kuat. Saya berpandangan, kita harus aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial di masyarakat. Ini termasuk membantu mereka yang kurang beruntung, memperjuangkan hak-hak kaum minoritas, dan melawan segala bentuk ketidakadilan.
Selain itu, kita juga harus terus mengembangkan diri dalam aspek spiritual dan moral. Dengan meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak, kita dapat menjadi teladan bagi orang lain. Saya berpendapat, kita harus terlibat dalam kegiatan sosial dan komunitas, baik melalui organisasi keagamaan, lembaga sosial, atau kegiatan amal. Ini akan membantu kita untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam tindakan nyata.
Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1446 H, mari kita berkomitmen untuk mengejawantahkan konsep ilmu sosial profetik dalam kehidupan kita. Dengan demikian, kita tidak hanya memperingati pergantian tahun, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai Islam. Saya yakin, dengan semangat ilmu sosial profetik, kita dapat memberikan kontribusi positif bagi peradaban manusia.
—
Penulis: Abdul Rozak Ali Maftuhin, S.Pd
Mahasiswa Program Magister Pendidikan Agama Islam UMM